Adat Indonesia

Blog tentang adat istiadat di Indonesia

Jumat, 17 April 2015

Masjid Bingkudu Kabupaten Agam Sumatera Barat

Masjid Bingkudu dan kolam di sekitarnya pada tahun 2012 (https://id.wikipedia.org)

Masjid Bingkudu terletak di Nagari Bingkudu, Kecamatan IV Angkek Canduang, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, berdiri pada ketinggian 1050 meter di atas permukaan laut. Terletak diantara bukit dan pepohan, memberikan suasana asri di sekitar masjid. Selain itu, tanah tempat berdirinya masjid juga lebih rendah dari bangunan di sekitarnya.

Menurut masyarakat setempat, Masjid Bingkudu dibangun pada tahun 1823 M atau awal abad 19, diprakarsai oleh Inyik Lareh Candung gelar Inyik Lareh Basa (H. Salam).

Arsitektur

Masjid Bingkudu dengan bangunan lain dan kolam di sekitarnya antara tahun 1890–1916 (https://id.wikipedia.org)

Selain keasliannya yang tetap terjaga, arsitektur khas Minangkabau pada masjid ini juga sangat mudah untuk dikenali, terutama pada bentuk atap yang terdiri dari 3 tingkatan dengan sedikit cekungan. Saat mulai didirikan, masjid ini memakai sistem pasak, yaitu pola bangunan yang tidak menggunakan paku pada setiap sambungan kayu.

Bangunan masjid yang terletak di kaki gunung Marapi pada ketinggian 1.050 m di atas permukaan laut ini, dibangun di sebidang tanah seluas 60 x 60 meter persegi, dengan luas bangunan 21 x 21 meter.[9] Sedangkan tinggi bangunan dari permukaan tanah sampai ke puncak (atap) adalah sekitar 19 meter. Masjid ini memiliki konstruksi bangunan yang terbuat dari kayu dengan tatanan atap bertingkat 3 berbahan ijuk.[8] Seperti halnya Rumah Gadang, bangunan masjid ini memiliki kandang atau kolong setinggi 1,5 meter.

Diskripsi Bangunan

Bangunan utama masjid Bingkudu menghadap ke arah barat dengan pintu masuk utama di sebelah timur. Denah ruang utama masjid berukuran 21 x 21 meter. Kaki bangunan masjid berupa pondasi beton setinggi 0,4 meter.

Pada masjid ini, selain bangunan utama juga terdapat kolam yang berada di sebelah barat, selatan, dan timur bangunan masjid. Lantai masjid dari papan kayu surian yang disusun rata membujur arah barat-timur. Di dalam ruang utama masjid terdapat 25 buah tiang.

Ruang Utama

Ruang utama (https://id.wikipedia.org)

Ruang utama masjid ini berbentuk persegi berukuran 21 x 21 meter. Tiang utama terletak di tengah ruang utama berbentuk segi enambelas dengan diameter 75 cm. Sedangkan tiang-tiang di sekeliling tiang utama berbentuk segi duabelas dengan diameter 30 sampai 40 cm sebanyak 24 tiang. Terdapat pula 5 tiang pada bagian mihrab masjid ini, dengan mihrab terletak di sebelah barat yang sedikit menjorok keluar.

Ruang utama juga dihiasi dengan lampu gantung kuno dan beberapa lampu dinding yang terpasang pada setiap tiang di dalam masjid. Lampu-lampu tersebut berfungsi sebagai penerang sekaligus aksesoris masjid. Selain itu, pada bagian depan ruang utama terdapat mimbar tua yang tahun pembuatannya dapat dirujuk dari tulisan angka 1316 Hijriah (sekitar tahun 1906) pada bagian mahkota mimbar. Mimbar berbentuk huruf "L" tersebut terbuat dari kayu dan dilengkapi dengan tangga naik dan tangga turun yang sengaja dibuat terpisah, dengan tangga naik dibuat menghadap ke depan sedangkan tangga turun mengarah ke samping. Pintu masuk ruang utama terdapat di sebelah timur. Di dalamnya terdapat 53 buah tiang berdiameter antara 30-40 cm dengan bentuk segi duabelas dan enambelas, juga terdapat sebuah tiang sebagai tonggak macu yang terdapat di tengah-tengah berbentuk segi enambelas berdiameter 75 cm. Di dalam masjid terdapat sebuah lampu gantung kuno dan beberapa buah lampu dinding kuno yang terpasang pada tiang-tiang masjid. Hiasan ukiran terdapat pada tiang-tiang bagian atas dan pada balok pengikat antara satu tiang dengan tiang lainnya merupakan kekhasan Masjid Bingkudu.

Mihrab dan Mimbar

Mimbar dan Mihrab

Pada mihrab terdapat angka tahun dengan menggunakan huruf Arab dan Latin yang menunjukkan angka tahun 1316 H atau 1906 M. Angka tahun tersebut di duga merupakan angka tahun pembuatan mihrab.

Bedug

Sebelum pengeras suara ada, masjid-masjid di Indonesia umumnya menggunakan bedug sebagai penananda masuknya waktu salat. Bedug dipukul ketika waktu untuk salat tiba, kemudian akan dilanjutkan dengan kumandang azan. Seperti masjid tua lainnya di Indonesia, masjid ini juga memiliki bedug atau disebut tabuah dalam bahasa Minang. Masjid ini memiliki bedug dengan diameter 60 cm dan panjang mencapai 3,1 meter, terbuat dari pohon kelapa dengan penutup dari kulit sapi. Sebagai salah satu budaya Islam Indonesia, keberadaan bedug di masjid ini masih tetap dipertahankan.

Menara

Menara

Masjid Bingkudu dilengkapi dengan sebuah menara yang dibangun sekitar tahun 1957. Menara dengan tinggi 11 meter ini terletak di depan masjid yang dirancang seperti kubah dengan bentuk lingkaran persegi delapan. Di dalam menara terdapat 21 anak tangga yang memutar ke arah kiri. Menara tersebut merupakan pengganti menara lama yang letaknya terpisah dari bangunan utama di utara. Sebelum disambar petir, menara lama memiliki 100 anak tangga, kemudian dipotong dan dialihfungsikan sebagai rumah garin dan tempat musyawarah tokoh masyarakat sekitarnya.

Pemugaran

Sebelumnya, atap ijuk pada masjid ini sempat diganti dengan seng pada tahun 1957. Penggantian tersebut dilakukan oleh masyarakat setempat mengingat kondisi atap ijuk yang telah lapuk dimakan usia. Kemudian 2 tahun setelah masjid ini ditetapkan sebagai cagar budaya dan diserahkan kepada pemerintah Kabupaten Agam pada tahun 1989, masjid ini mengalami pemugaran secara keseluruhan. Sehingga atap masjid yang telah diganti menjadi seng dikembalikan ke ijuk, dan bagian-bagian yang lapuk diganti lalu dicat lagi sebagaimana aslinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar