Adat Indonesia

Blog tentang adat istiadat di Indonesia

Senin, 11 Januari 2016

Wisata Sejarah di Sumedang Jawa Barat


Sumedang adalah kota kecil yang berada di Provinsi Jawa Barat dan terdapat di antara dua kota besar, yaitu Bandung dan Cirebon. Selain sebagai tempat transit bagi para wisatawan, kota ini terkenal dengan makanan khasnya yaitu Tahu Sumedang dengan penyajian cita rasa yang berbeda dengan makanan sejenis yang terdapat di kota-kota lain dan menjadikan menu favorit bagi semua kalangan.

Museum Prabu Geusan Ulun

(https://museumgeusanulun.blogspot.co.id)

Museum Prabu Geusan Ulun terletak di Jl. Prabu Geusan Ulun No. 40 B, Srimanganti, Sumedang, Jawa Barat, Telepon:(0261) 201714, koordinat GPS: 6° 51' 7" S, 107° 55' 13" E.

Museum Prabu Geusan Ulun terletak di Kompleks Pendopo Kabupaten Sumedang terletak di pusat Kota Sumedang. Kompleks ini semenjak Sumedang berdiri pada tahun 1705 hingga sekarang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kabupaten Sumedang. Kompleks yang didalamnya terdapat bangunan-bangunan tersebut berukuran seluas 1,8 ha dan dikelilingi dengan tembok setinggi tiga meter. Di dalam kompleks terdapat bangunan-bangunan yang cukup tua , yaitu:

Gedung Srimanganti

Gedung Srimanganti (https://museumgeusanulun.blogspot.co.id)

Gedung Srimanganti didirikan pada tahun 1706, pada masa pemerintahan Dalem Adipati Tanoemadja, arsitektur Gedung Srimanganti bergaya kolonial, kata Srimanganti mempunyai arti adalah tempat menanti-nanti tamu kehormatan. Dahulu gedung Srimanganti dikenal sebagai rumah “Land Huizen” (Rumah Negara).

Fungsi gedung Srimanganti pada masa itu adalah tempat tinggal buat Bupati serta keluarganya.Gedung Srimanganti dipergunakan sebagai tempat tinggal bupati dan keluarganya, diantaranya Pangeran Kornel, Pangeran Sugih, Pangeran Mekah dan Dalem Bintang.

Pada tahun 1942 Srimanganti tidak digunakan sebagai rumah tinggal Bupati serta keluarganya oleh Dalem Aria Soemantri dijadikan Kantor Kabupaten, sedangkan Bupati serta keluarganya tinggal di Gedung Bengkok atau Gedung Negara.

Gedung Bumi Kaler

Gedung Bumi Kaler (https://museumgeusanulun.blogspot.co.id)

Gedung Bumi Kaler dibangun pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Bupati Pangeran Soeria Koesoemah Adinata / Pangeran Sugih yang memerintah Sumedang tahun 1836 – 1882. Gedung Bumi Kaler beberapa kali mengalami rehabilitasi pada tahun 1982, 1993 dan tahun 2006, namun tidak merubah dari bentuk aslinya. Sama halnya dengan Gedung Srimanganti, Bumi Kaler sudah terdaftar dalam Monumeter Ordonantie 1931 karena termasuk dalam bangunan yang dilindungi oleh pemerintah sebagai Benda Cagar Budaya. Gedung Bumi Kaler menjadi gedung Museum Prabu Geusan Ulun pada tahun 1982.

Gedung Gendeng

Gedung Gendeng (https://museumgeusanulun.blogspot.co.id)

Gedung Gendeng didirikan pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata atau Pangeran Sugih. Gedung Gendeng waktu itu digunakan untuk menyimpan Pusaka-Pusaka lelehur dan senjata lainnya.

Bangunan tersebut dibuat dari kayu dan berdinding Gedeg serta berlantai batu merah, selain itu Gedung Gendeng juga tempat menyimpan Gamelan Pusaka. Gedung Gendeng mengalami beberapa kali pemugaran dan rehabilitasi bangunan, pertama tahun 1950, 1955 dan tahun 1993.

Namun karena benda Pusaka-pusaka makin banyak sampai akhirnya Gedung Gendeng tidak memadai lagi untuk menyimpan benda-benda Pusaka tersebut maka dibangunlah Gedung Pusaka khusus untuk menyimpan benda-benda Pusaka. Gedung Gendeng sekarang beralih fungsi menjadi Gedung social budaya. Gedung Gendeng merupakan Museum Yayasan Pangeran Sumedang pertama yaitu pada tahun 1973.

Gedung Gamelan

Gedung Gamelan (https://museumgeusanulun.blogspot.co.id)

Gedung Gamelan didirikan pada tahun 1973, oleh Pemda Sumedang atas sumbangan dari Gubernur DKI Jakarta Bapak Ali Sadikin, fungsi Gedung ini sebagai tempat khusus menyimpan Gamelan-Gamelan Pusaka. Gedung Gamelan mengalami renovasi pada tahun 1993, selain sebagai tempat menyimpan Gamelan, gedung Gamelan juga dipakai sebagai tempat latihan tari klasik setiap hari minggu . Setiap satu tahun satu kali pada bulan Maulud semua Gamelan Pusaka dicuci dan tidak dibunyikan latihan taripun diliburkan. Gedung Gamelan merupakan Gedung Museum Yayasan Pangeran Sumedang yang pertama.

Gedung Pusaka

Gedung Pusaka (https://museumgeusanulun.blogspot.co.id)

Gedung Pusaka adalah gedung museum yang kelima dari enam gedung yang ada di Museum Prabu Geusan Ulun sebagai gedung baru. Fungsi Gedung Pusaka sesuai namanya sebagai tempat khusus menyimpan benda-benda Pusaka peninggalan para leluhur Sumedang.

Pada tanggal 25 Maret 1990 pembangunan Gedung Pusaka mulai dikerjakan dan peletakan batu pertama dilakukan oleh Ibu Ibu Hj. Rd. Ratjih Natawidjaya . Proses pembangunan Gedung Pusaka memakan waktu cukup lama yaitu selama tujuh (7) tahun, selesai pada tahun 1997, kemudian diresmikan oleh Bupati Sumedang Bapak Drs. H. Moch. Husein Jachjasaputra.

Gedung Kereta

Gedung Kereta  (https://museumgeusanulun.blogspot.co.id)

Pada saat perencanaan pembangunan Gedung Pusaka direncanakan pula pembangunan Gedung Kereta. Gedung Kereta merupakan bangunan terakhir dari Museum Prabu Geusan Ulun yang dibangun pada tahun 1990. Fungsi Gedung ini untuk menyimpan Kareta Naga Barong sebagai replika dari Kareta Naga Paksi peninggalan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata / Pangeran Sugih dan kereta lainnya yang menjadi koleksi Museum Prabu Geusan Ulun.

Gedung Bengkok (Gedung Negara)

Gedung Bengkok atau Gedung Negara (https://historiamag.blogspot.co.id)

Gedung Bengkok terletak di Jl. Pangeran Geusan Ulun No. 36, Sumedang Jawa Barat, didirikan pada tahun 1850, masa pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata (Pangeran Soegih) dari tahun 1836-1882.

Gedung tersebut didirikan di atas tanah beliau untuk keperluan upacara-upacara resmi, peristirahatan bagi tamu-tamu dari Jakarta jika berkunjung ke Sumedang.

Benteng Gunung Kunci

Benteng Gunung Kunci (https://jurnalbumi.com)

Benteng Gunung Kunci terletak di Jalan Pengeran Sugih, Kelurahan Kota Kulon, Kecamtan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum. Pembangunan berlangsung dari tahun 1914 hingga 1917, dan diresmikan pada tahun 1918.

Secara keseluruhan, benteng ini memiliki luas 2600 meter persegi. Di dalam benteng terdapat goa atau bunker-bunker seluas 450 meter persegi. Benteng Gunung Kunci terbagi dalam tiga bagian, lantai 1 diperuntukkan bagi ruang prajurit, lantai 2 ruang perwira, dan lantai 3 sebagai benteng pengawas atau pertahanan.

Benteng Gunung Kunci (https://jurnalbumi.com)

Goa Gunung Kunci sebenarnya bukan satu-satunya benteng pertahanan yang dibuat Belanda di Sumedang. Setidaknya Belanda membuat 4 benteng pertahanan yang mengelilingi Sumedang, yakni di Pasir Bilik, Gunung Gadung, Gunung Palasari dan Gunung Kunci. Dari ke empat benteng tersebut, Gunung Kunci merupakan salah satu benteng yang masih terlihat utuh.

Monument Lingga

Monumen Lingga (https://khasdaerah.blogspot.co.id)

Monumen Lingga terletak di tengah alun-alun kota Sumedang, dengan koordinat GPS: 06º51’11” LS dan 107º55’19” BT, dibangun sendiri oleh Pangeran Siching dari Belanda pada tahun 1922 yang kemudian diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu Mr. Dirk Fock, yaitu pada 22 Juli 1922. Pada saat peresmian monumen ini ikut hadir bupati Sumedang yang menggantikan Pangeran Aria Suria Atmadja, yakni Tumenggung Kusumadilaga dan beberapa pejabat Hindia Belanda dan tentunya orang-orang pribumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar