Adat Indonesia

Blog tentang adat istiadat di Indonesia

Minggu, 10 Januari 2016

Wisata Sejarah di Subang Jawa Barat


Paska runtuhnya kerajaan Pajajaran, wilayah Subang seperti halnya wilayah lain di P. Jawa, menjadi rebutan berbagai kekuatan. Tercatat kerajaan Banten, Mataram, Sumedanglarang, VOC, Inggris, dan Kerajaan Belanda berupaya menanamkan pengaruh di daerah yang cocok untuk dijadikan kawasan perkebunan serta strategis untuk menjangkau Batavia.

Penduduk Subang pada umumnya adalah Suku Sunda, yang menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Namun demikian sebagian kawasan di pesisir penduduknya menggunakan Bahasa Jawa Dialek Cirebon (Dermayon).

Rumah Sejarah Kalijati

Rumah Bersejarah Kalijati (https://platinumfive.blogspot.co.id)

Rumah Bersejarah Kalijati berada di Komplek Garuda E 25 Lanud Suryadarma, secara administratif termasuk di wilayah Desa Kalijati Barat, Kecamatan Kalijati. Lokasi ini tepatnya berada pada posisi 06° 31' 426" LS dan 107° 39' 660" BT, sekitar 25 km dari kota Subang. Untuk mencapai lokasi ini bila ditempuh dari Jakarta lewat jalan tol Sadang sejauh 170 km atau sekitar 2 jam 30 menit, ditempuh dari Bandung lewat jalan tol Sadang sejauh 78 km atau sekitar 50 menit.

Museum Rumah Sejarah pada awalnya merupakan rumah dinas biasa yang dibangun tahun 1917 untuk tempat tinggal Perwira Staf dari Sekolah Penerbang Hindia Belanda di PU Kalijati. Guna mengenangnya sebagai tempat bersejarah atas inisiatif Komandan Lanud Kalijati saat itu, Letkol Pnb Ali BZE maka pada tanggal 21 Juli 1986 diresmikan sebagai sebuah museum dengan nama “Museum Rumah Sejarah”. Dengan demikian generasi penerus Bangsa Indonesia akan mengetahui tempat tersebut sebagai salah satu tempat bersejarah saat penyerahan kekuasaan penjajahan Belanda kepada Jepang.

Suasan Perundingan antara Belanda dengan Jepang di Rumah Sejarah Kalijati tahun 1942 (https://www.kotasubang.com)

Rumah Bersejarah Subang merupakan objek yang bernilai sejarah tinggi bagi bangsa Indonesia. Di tempat ini, pada tanggal 8 Maret 1942 telah dilaksanakan penyerahan kekuasaan Belanda kepada Jepang, yang ditandai dengan penandatangan naskah penyerahan tanpa syarat kekuasaan Belanda kepada Jepang. Dengan ditandatangani perjanjian tersebut maka berakhirlah penjajahan Belanda secara keseluruhan di bumi Indonesia.

Momen bersejarah menjelang penyerahan Belanda kepada Jepang adalah pendaratan pasukan Jepang di Eretan Wetan pada 28 Februari menjelang 1 Maret 1942. Pasukan yang dipimpin Kolonel Shoji ini bertugas menggempur pangkalan udara Kalijati dan menduduki Subang. Ketika itu Belanda diperkuat pasukan Inggris serta Landswacht dan Standswacht tidak kuasa menahan serangan Jepang dan akhirnya mundur ke Bandung.

Pasukan Jepang mengejarnya lewat Ciater. Pada 6 Maret 1942 terjadi pertempuran sengit di Ciater. Tidak lama setelah itu Lembang sebagai pintu gerbang menuju Bandung berhasil dikontrol pasukan Jepang. Keberhasilan ini memaksa pasukan KNIL (Koninklijk Netherlandsch Indische Leger) di bawah komandan Letnan Jenderal Terpoorten melakukan gencatan senjata pada 7 Maret 1942. Rentetan peristiwa inilah yang memaksa dilakukannya perjanjian penyerahan Belanda tanpa syarat pada 8 Maret 1942.

Wisma Karya

Wisma Karya (https://www.kotasubang.com)

Wisma Karya beralamat di Jl. Ade Irma Suryani Nasution No. 2. Secara administratif termasuk di Kampung Karanganyar, Desa Karanganyar, Kecamatan Subang, tepatnya pada posisi 06° 34' 263" Lintang Selatan dan 107° 45' 557" Bujur Timur. Lokasi ini sangat mudah dicapai karena berada pada pintu gerbang ke kota Subang dari arah Bandung.

Dulunya gedung ini bernama Societeit yang dibangun pada masa PW Hofland renovasi dan pada 14 Januari 1929 diresmikan gedung societet untuk tempat kumpul para pejabat, tempat pertunjukkan, hiburan, lengkap dengan meja billiard, lintasan bowling, dan padang golf. Peresmiannya dilakukan oleh Mrs. W.H. Dauks. Prasasti peringatan selesai renovasi terdapat pada dinding di sudut baratdaya, tujuannya sebagai tempat untuk bersosialisasi para pejabat P&T Land, tempat pertunjukan atau hiburan, olahraga, golf, bilyard dan bowling bangsa asing.

Gedung Bekas Sekolah Penerbangan Jaman Belanda

Gedung bekas Sekolah Penerbangan jaman Belanda (https://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Gedung bekas Sekolah Penerbangan jaman Belanda juga berada di komplek Lanud Suryadarma, Kalijati. Gedung bergaya postmodern yang sekarang untuk Wing Pendidikan Teknik dan Pembekalan, Komando Pendidikan TNI Angkatan Udara ini, berada pada koordinat 06° 31' 574" Lintang Selatan dan 107° 40' 031" Bujur Timur.

Pemerintah Hindia Belanda membangun lapangan terbang di Kalijati tanggal 30 Mei 1914 bersamaan dengan dibentuknya PVA (Proef Vlieg Afdeling), yaitu suatu Bagian Penerbangan Percobaan dari Pasukan Hindia Belanda (KNIL). Pada tahap permulaan KNIL membeli dua pesawat terbang air Glenn Martin dari Amerika Serikat dan menempatkannya di pangkalan udara air (Sea Base) di Tanjung Priok. Namun karena dirasa tidak efektif, pesawat pun kemudian dimodifikasi menjadi pesawat yang bisa terbang di landasan rumput dan operasionalisasinya dipindahkan ke Kalijati.

Mulai tanggal 1 Agustus 1921 Pemerintah Hindia Belanda mulai membuka Sekolah Penerbang di PU Kalijati dikuti perubahan PVA (Proef Vlieg Afdeling) menjadi LA (Luchtvaat Afdeling), yaitu bagian penerbangan yang terdiri dari VD (Vlieg Dienst) atau Dinas Terbang dan TD (Technise Dienst) atau Dinas teknik. Pada kemudian hari, tanggal 1 Januari 1940 LA diubah lagi menjadi ML (Militaire Luchtvaart) yaitu Penerbangan Militer yang merupakan bagian kesenjataan KNIL.


Bangunan fisik gedung bagian bawah dari bahan batu dan bagian atas bata. Pada setiap jendela dan pintu terdapat garis-garis mendatar sebagai ciri khas gaya postmodern. Gerbang masuk berada di tengah bangunan dilengkapi kanopi yang disangga dua tiang tuscan. Bagian gerbang masuk ini berlantai dua dengan atap berbentuk limas.

Masih dalam kaitan dengan Sekolah Penerbangan, sekarang didirikanlah museum hidup yang bernama Museum Amerta Dirgantara Mandala bertempat di hanggar E Lanud Suryadarma. Di dalam hanggar terdapat beberapa pesawat tua yang selalu dirawat sehingga secara teknis, mesin setiap pesawat dalam keadaan baik. Bahkan beberapa pesawat tua dalam kondisi mampu terbang. Kondisi demikian inilah yang dijadikan alasan untuk pemberian istilah “museum hidup”.

Pesawat yang menghuni hanggar E misalnya pesawat amphibi serbaguna Grumman Goose – Albatros dengan nomor registrasi PB – 521. Pesawat yang mampu membawa delapan penumpang ini merupakan buatan Canada. Selanjutnya adalah pesawat transport Lockheed 12 (C-40) yang juga buatan Canada. Pesawat ini mampu membawa 6 penumpang. Selain dua pesawat itu masih banyak lagi pesawat ringan lainnya termasuk diantaranya pesawat tidak bermesin (glider). Beberapa pesawat ringan ini masih aktif terbang khususnya setiap hari Sabtu. Para atlet olahraga dirgantara berlatih menambah ketrampilan setiap hari Sabtu. Para pengunjung yang berminat pun dipersilakan mencoba menerbangkan pesawat dimulai dari pesawat ringan jenis glider.

Rumah Dinas Camat Sagalaherang

Rumah Dinas Camat Sagalaherang (https://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Salah satu bangunan lama peninggalan masa kolonial adalah rumah dinas Camat Sagalaherang. Bangunan rumah dinas yang berada di bagian barat halaman komplek kantor camat ini, tepatnya berada pada posisi 06° 40' 454" Lintang Selatan dan 107° 39' 173" Bujur Timur. Secara administratif berada di wilayah Dusun Kitipik, Desa Sagalaherang Kidul, Kecamatan Sagalaherang.

Diskripsi Bangunan

Atap bangunan berbentuk limas memanjang. Bangunan rumah dengan warna dominan putih ini, didirikan di atas lantai batur. Untuk memasuki rumah melewati tangga naik yang berada di sisi utara bagian barat dan timur. Kedua tangga tersebut dibangun secara melengkung. Dahulu lantai tangga dari bahan ubin terakota. Ubin ini sekarang ditutup plesteran semen.

Pada bagian tengah sisi utara halaman batur terdapat pagar besi. Bangunan rumah berdenah empat persegi panjang berukuran sekitar 12 x 20 m. Bagian depan rumah merupakan serambi terbuka berlantai keramik. Dahulu lantai serambi dan juga ruangan utama dari bahan papan.

Pada serambi ini terdapat 12 tiang berpenampang lintar bundar. Bagian bawah dan kepala tiang berbentuk persegi. Bagian tengah serambi menjorok ke dalam. Di kanan dan kiri bagian yang menjorok terdapat kamar masing-masing berukuran 3 x 3 m. Pintu masuk kedua kamar saling berhadapan ke arah dalam (barat dan timur). Pada sisi utara kedua kamar terdapat jendela dengan daun jendela jalusi. Pintu masuk ruang utama berada di tengah, di antara kedua kamar depan. Daun pintu juga berupa daun pintu jalusi. Di atas pintu dihias dengan susunan kayu pola silang-silang.

PT. Sang Hyang Seri (Persero)

Salah satu rumah peninggalan kolonial di PT. Sang Hyang Seri (https://targetabloid.co.id)

PT Sang hyang seri (SHS) yang merupakan perusahaan Agroindustri, terletak di Kecamatan Sukamadi, Kabupatem Subang, dahulunya milik perusahaan swasta Kolonial Inggris yang memperoduksi tepung tapioka saat bercokol di Subang pada tahun 1940 dengan nama perusahaan Pamanoekan & Tjiasemlanden, tahun 1971 Sang hyang seri menjadi perusahaan umum (Perum) yang mengembangkan pembibitan benih padi Jawa Barat.

Salah satu pabrik peninggalan kolonial di PT. Sang Hyang Seri (https://travel.detik.com)

Di dalam kawasan Perum Sang hyang seri terdapat banyak bangunan bersejarah peninggalan kolonial Inggris berupa bangunan pabrik dan rumah klasik gaya campuran eropa dan melayu yang masih digunakan untuk tempat tinggal dan perkantoran, namun sayang akibat kurang perawatan rumah bersejarah peninggalan penjajah Inggris ini banyak yang rusak karena tidak terawat, bangunan klasik yang penuh estetika ini terlihat banyak yang rusak bagian atapnya, di sisi lain banyak rumah peninggalan penjajah ini kosong tidak berpenghuni membuat keberadaan rumah klasik ini terancam roboh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar