Adat Indonesia

Blog tentang adat istiadat di Indonesia

Minggu, 18 Oktober 2015

Masjid-Masjid Kuno di Riau


Arsitektur masjid adalah salah satu jejak yang nyata tentang lintasan penyebaran Islam di nusantara. Masjid-masjid kuno di tanah Melayu secara umum memiliki kesamaan bentuk dengan masjid-masjid kuno di Tanah Jawa, beratap bubung atau tumpang bertingkat (jumlah ganjil), berdenah segi empat dan memiliki serambi atau teras. Karena kesamaan ini, maka berkembanglah teori tentang arsitektur masjid kuno di nusantara banyak dipengaruhi dan diwarisi oleh bentuk masjid kuno di Tanah Jawa yang kental pengaruh Hindu-Budha dan animisme dan juga bentuk kuil pagoda di Cina. Tetapi apakah pernyataan ini benar? Masih perlu dipertanyakan lebih lanjut melalui penelitian tentang perbedaan historiografi masjid-masjid kuno di Tanah Melayu dengan di Tanah Jawa walau secara klasifikasi mereka memiliki kesamaan.

Masjid Jami' Air Tiris Kabupaten Kampar 


Masjid Air Tiris terletak di Desa Tanjung Berulak (Kenagarian Air Tiris), Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Masjid Air Tiris didirikan pada tahun 1901 dan selesai pada tahun 1903. Pembangunan Masjid Air Tiris dilaksanakan secara gotong royong oleh masyarakat Kenagarian Air Tiris.

Masjid ini berdenah bujur sangkar dan seluruh komponen bangunannya terbuat dari bahan kayu, kecuali pada bagian atap yang sekarang terbuat dari seng (aslinya dari kayu yang dilapisi dengan ijuk) dan tangga yang terbuat dari konstruksi beton.

Bangunan ini mempunyai tiang berjumlah 36 buah yang terdiri dari 4 buah tiang soko guru, 12 tiang penyangga dalam, dan 20 buah tiang pinggir yang berada di dinding. Atap bangunan berbentuk tumpang tiga. Pada dinding depan mihrab terdapat kalimat syahadat.


Masjid Jami' Pangean (https://riaumandiri.co)

Masjid Jami’ Pangean terletak di Desa Koto Tinggi Kecamatan Pangean merupakan salah satu masjid tertua di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.

Masjid tua yang berdiri sejak tahun 1932 di Kecamatan Pangean berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Kuantan Singingi, berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Kuantan Singingi.

Setiap bangunan masjid ini punya makna yang merupakan cerminan dari agama Islam dan struktur adat-istiadat yang ada di Pangean. Bangunan atapnya terdiri dari lima jenjang.


Masjid Syahabuddin (https://mytrip.co.id)

Masjid Syahabudin terletak di kecamatan Siak Sri Indrapura, Kabupaten Siak, Riau; sekitar 500 m dari lokasi Istana Siak.

Kehadiran mesjid yang dibangun oleh keturunan para Sultan Siak ini telah membawa berkah yang tidak terhingga bagi masyarakat sekitarnya. Masjid bersejarah yang saat ini banyak dikunjungi bukan sekedar untuk beribadah, lebih dari itu masjid ini juga sudah menjadi cagar budaya sebagai tujuan wisata. Nama masjid Syahabudin diambil dari nama suku Syahad dari keturunan Sultan Kerajaan Siak yang berasal dari Arab, mulai dari Sultan ke-2 yaitu Sultan Muhammad Ali. Masjid Syahabudin yang pertama terletak di Jalan Syarif Kasim. Bangunan fisiknya terbuat dari kayu, kemudian di dalamnya terdapat mimbar yang berukir dari Jepang.

Kemudian masjid Syahabudin dipindahkan secara permanen pembangunannya ke Jalan Sultan Ismail di tepi Sungai Siak, berjarak lebih kurang 300 M dari istana As Seraya Hasniliyah Siak. Masjid Syahabudin didirikan oleh Sultan yang ke-12 bernama Sultan Syarif Kasim II, dimulai pada tahun 1927 dan selesai dibangun pada tahun 1935. Dana pembangunan masjid tersebut berasal dari dana kerajaan dan partisipasi masyarakat Siak.

Masjid Hibbah (Sebelum direnovasi total 12 April 2010)


Masjid Hibbah terletak di Desa Pelalawan, Kecamatan Bunut, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Masjid Hibbah terletak dalam satu kawasan dengan peninggalan-peninggalan Kerajaan Pelalawan seperti bekas istana dan Makam Pelalawan III, tepatnya 175 m dari Sungai Kampar atau di belakang bekas Istana Pelalawan. Masjid Hibbah didirikan pada tahun 1939 M pada masa pemerintahan Tengku Said Osman, raja Pelalawan ke-9 (1925-1940) yang bergelar Marhum Budiman.

Bangunan masjid ini terdiri dari dua ruangan, yaitu ruangan dalam dan ruangan serambi. Pada bagian serambi terdapat kisi-kisi dari kayu yang berfungsi sebagai pembatas antara bangunan masjid dengan halaman luar. Pada ruangan bagian dalam disangga oleh 4 tiang utama yang berbentuk segi empat dan terdapat pintu masuk berjumlah 11 buah.

Pada ujung belakang bagian dalam terdapat mimbar yang terletak di dalam ruangan mihrab. Mimbar tersebut terdiri dari 3 buah anak tangga dengan hiasan ukiran terawangan.

Pada halaman pintu masuk terdapat bangunan menara yang terdapat kubah di atasnya. Rangkanya sebagian terbuat dari kayu, sedangkan penutupnya dari seng. Pada bagian kanan depan bangunan masjid terdapat bangunan cungkup yang di dalamnya berisi bedug yang berfungsi sebagai tanda saat sholat tiba.

Sumber: Masjid-Masjid Kuno di Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar 2005 (e-Book)

(*) Tambahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar