Adat Indonesia

Blog tentang adat istiadat di Indonesia

Selasa, 17 Maret 2015

Rumah Adat Sulawesi Selatan

Museum Balla Lompoa (https://ambasmahor.blogspot.com)

Propinsi Sulawesi selatan terletak di jazirah barat daya pulau Sulawesi.Berbatasan dengan propinsi Sulawesi tengah di bagian utara, teluk Bone di sebelah timur dan laut flores di sebelah selatan serta selat makasar di sebelah barat.

Propinsi yang terdiri dari 21 kabupaten dan 2 kotamadya, dengan luas sekitar 82.768 km2 ini didiami oleh 4 suku bangsa, yaitu Bugis, Makasar, Mandar dan Toraja. Suku Bugis, Makasar dan Mandar memiliki corak budaya yang hampir sama, sehingga sering disebut sebagai orang bugis-makasar saja. Mereka umumnya tinggal di daerah pesisir dan terkenal sebagai pelaut yang ulung. Sebaliknya, suku Toraja yang tinggal di pedalaman memiliki kebudayaan yang sangat berbeda.

Sahabat GPS Wisata Indonesia, akan dikemukakan tiga macam rumah adat yaitu Soa-roja (Balla lompo) dan Bola (Balla), serta Rumah Adat Toraja Tongkonan.

Rumah Adat Soa-Roja (Balla lompo) dan Bola (Balla)

Museum Balla Lompoa (https://panduanwisata.id)

Rumah Panggung Kayu adalah salah satu rumah tradisional Bugis yang berbentuk persegi empat memanjang ke belakang. Konstruksi bangunan rumah ini dibuat secara lepas-pasang (knock down) sehingga dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.

Orang Bugis juga mengenal sistem tingkatan sosial yang dapat mempengaruhi bentuk rumah mereka, yang ditandai dengan simbol-simbol khusus. Berdasarkan pelapisan sosial tersebut, maka bentuk rumah tradisional orang Bugis dikenal dengan istilah Sao-roja (Sallasa/Balla Lompo) dan Bola. Sao-roja berarti rumah besar, yakni rumah yang ditempati oleh keturunan raja atau kaum bangsawan, sedangkan Bola berarti rumah biasa, yakni rumah tempat tinggal bagi rakyat biasa.

Bentuk Bangunan

Bentuk atap (https://melayuonline.com)

Dari segi konstruksi bangunan, kedua jenis rumah tersebut tidak memiliki perbedaan yang prinsipil. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran rumah dan status sosial penghuninya. Pada umumnya, Sao-roja lebih besar dan luas daripada Bola yang biasanya ditandai oleh jumlah tiangnya. Saoraja memiliki 40 – 48 tiang, sedangkan Bola hanya memiliki 20 – 30 tiang. Sementara perbedaan status sosial penghuninya dapat dilihat pada bentuk tutup bubungan atap rumah yang disebut dengan timpak laja. Bangunan Saoraja memiliki timpak laja yang bertingkat-tingkat yaitu antara 3 - 5 tingkat, sedangkan timpak laja pada bangunan Bola tidak bertingkat alias polos. Juga tinggi tangga, untuk tangga Sao-roja bisa mencapai 2 (dua) meter, sedangkan Bola tidak begitu tinggi tangganya.

Tata Ruang

Tata ruang rumah adat Soa-roja (https://archzal.blogspot.com)

Rumah Adat Bugis-Makassar, Soa-roja memiliki tiga bagian ruangan, yaitu :

1. Rakkeang (bugis) atau pemmakang (Makassar) adalah tempat menyimpan benda-benda pusaka, padi dan persediaan makanan yang lain.
2. Bola atau kale balla terdiri dari ruang-ruang khusus, seperti ruang tamu, ruang tidur dan ruang makan
3. Awasao atau passiringan yaitu tempat memelihara ternak dan menyimpan alat-alat pertanian.

Ornamen

Ragam hias “Ornamen” pada rumah tradisional Bugis-Makassar merupakan salah satu bagian tersendiri dari bentuk dan corak rumah tradisional Bugis-Makassar. Selain berfungsi sebagai hiasan, juga dapat berfungsi sebagai simbol status pemilik rumah. Ragam hias umumnya memiliki pola dasar yang bersumber dari corak alam, flora dan fauna.

Ornamen corak alam

Umumnya bermotifkan kaligrafi dari kebudayaan islam.

Ornamen flora

Umumnya bermotifkan bunga atau kembang, daun yang memiliki arti rejeki yang tidak putus putusnya, seperti menjalarnya bunga itu, disamping motif yang lainnya.

Ornamen fauna

Umumnya bentuk yang sering ditemukan adalah Kepala kerbau yang disimbolkan sebagai bumi yang subur, penunjuk jalan, bintang tunggangan dan status sosial. Bentuk naga yang diartikan simbol wanita yang sifatnya lemah lembut, kekuatan yang dahsyat. Bentuk ayam jantan yang diartikan sebagai keuletan dan keberanian, agar kehidupan dalam rumah senantiasa dalam keadaan baik dan membawa keberuntungan.

Rumah Adat Toraja (Tongkonan)

Rumah adat Toraja atau tongkongan (https://ranselkecil.com)

Rumah adat Toraja atau tongkongan mempunyai ciri unik yaitu terbuat dari 100% material kayu yang berbentuk panggung serta atap dilapisi ijuk berwarna hitam dengan desain melengkung menyerupai bentuk perahu telungkup. Pada kolong rumah umumnya digunakan untuk kandang kerbau sehingga atap rumah yang didesain melengkung sering disebut seperti tanduk kerbau. Sekilas rumah adat ini lebih mirip rumah gadang di Sumatera.

Rumah Tongkonan biasanya berdiri berjajar mengarah ke utara. Rumah yang mengarah ke utara terutama bentuk atap yang meruncing keatas sekaligus melambangkan para leluhur masyarakat Toraja yang dipercaya berasal dari arah utara. Jadi jika adal penduduk yang meninggal mereka percaya arwahnya akan berkumpul dengan leluhur mereka di utara.

Tongkonan adalah rumah tradisional masyarakat Toraja. Terdiri dari tumpukan kayu yang dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata “tongkonan” berasal dari bahasa Toraja yang berarti tongkon ”duduk”.

Fungsi

 Rumah adat Tongkonan (https://dinarnabilamurthy.blogspot.com)

Selain rumah, Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan rumah adat ini sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja. Oleh karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena melambangan hubungan mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat Toraja. Tongkonan pertama dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar.

Dalam kisah lainnya, diceritakan ketika seorang Pemangku Adat bernama Londong di Rura (Ayam jantan dari Rura) berupaya menyatukan kelompok dengan menyelenggarakan Upacara Adat besar. Upacara itu dinamai MA’BUA tanpa melalui musyawarah adat dan upacara memotong babi. Kemudian Tuhan menjatuhkan laknat dan kutukan sehingga tempat upacara terbakar dan menjadi danau yang dapat disaksikan sekarang antara perjalanan dari Toraja ke Makassar (KM 75). Kemudian bercerai-berailah komunitas tersebut ada yang ke selatan dan ke arah utara.

Sementara kelompok yang menuju ke utara sampai di sebuah tempat di kaki Gunung Kandora yang dinamakan Tondok Puan. Mereka mendirikan rumah adat tempat pertemuan dengan nama Banua Puan; artinya rumah yang berdiri di tempat yang bernama Puan. Kemudian dinamakan Tongkonan yang artinya Balai Musyawarah. Bangunan itu merupakan Tongkonan pertama di Toraja dan komunitas pertama yang terbentuk bernama To Tangdilino; artinya pemilik bumi yang diambil dari nama Pemangku Adat pertama (Pimpinan Komunitas To Lembang).

Status

 Tanduk kerbau di depan rumah menandakan berapa banyak pemilik rumah melangsungkan pemakaman adat (https://rumahadat.blog.com)

Rumah adat Toraja atau Tongkonan yang ditampilkan adalah rumah pemilik penguasa adat yang diletakan diatas tiga pasang kepala kerbau (kabonga) merupakan symbol kebangsawanan pemilik rumah. Sejumlah lumbung padi (alang) berukir yang berderet di depan rumah juga merupakan ukuran status kekayaan dari sang pemilik rumah.

Atapnya unik berbentuk perahu wangka (bugis), dan biasanya memiliki ukiran dengan arti tertentu. Warna ukirannya sangat khas, yaitu merah, putih dan kuning serta hitam. Tanduk kerbau di depan rumah menandakan berapa banyak pemilik rumah melangsungkan pemakaman adat. Bagi orang toraja, kerbau memiliki arti yang sangat mendalam, karena dianggap memiliki magis, terutama tedong bonga (kerbau belang). Kerbau yang dianggap sebagai kendaraan roh di akhirat, oleh karena itu, fungsinya sebagai kurban di upacara pemakaman sangat penting.

Bangunan

Struktur rumah adat Tongkonan (https://rumahtoraja.blogspot.com)

Setiap tongkonan terdiri dari; Tongkonan (rumah), sebagai ibu dan Alang (lumbung), sebagai bapak, yang dianggap pasangan suami-istri. Deretan Tongkonan dan Alang saling berhadapan. Tongkonan menghadap ke utara dan Alang ke selatan. Halaman memanjang antara Tongkonan dan Alang disebut Uluba’bah.

 Struktur rumah adat Tongkonan (https://rumahtoraja.blogspot.com)

Rumah adat ini merupakan rumah panggung dengan konstruksi rangka kayu. Bangunannya terdiri atas 3 bagian, yaitu ulu banua (atap rumah), kalle banua (badan rumah), dan sulluk banua (kaki rumah). Bentuknya persegi karena sebagai mikro kosmos rumah terikat pada 4 penjuru mata angin dengan 4 nilai ritual tertentu. Tongkonan harus menghadap ke utara agar kepala rumah berhimpit dengan kepala langit (ulunna langi’) sebagai sumber kebahagiaan.

Tata Ruang

Masyarakat asli Toraja mempercayai bahwa rumah Tongkonan sebagi Ibu, sementara lumbung padi (alang sura) dipercaya sebagai Bapak. Selain sebagai rumah tinggal, fungsi utama dari Tongkonan sebenarnya adalah untuk upacara adat, melakukan aktivitas sosial sekaligus mempererat jalinan kekerabatan atau silaturahmi. Struktur interior rumah adat Toraja terdiri dari 3 bagian yaitu bagian utara, bagian tengah, dan bagian selatan.

– Bagian utara. Ruangan bagian utara disebut Tangalok berfungsi untuk ruang tamu, kamar tidur anak, dan untuk meletakkan persembahan atau sesaji.
– Bagian tengah. Ruangan bagian tengah disebut Sali berfungsi untuk ruang keluarga, dapur, ruang makan, dan meletakkan orang mati.
– Bagian selatan. Ruangan bagian selatan disebut Sumbung berfungsi sebagai ruangan khusus kepala keluarga, namun dipercaya ruangan ini merupakan sumber penyakit.

Ornamen

Beragam ornamen rumah adat Tongkonan (https://dinarnabilamurthy.blogspot.com)

Melihat Rumah Adat Tongkonan Toraja, yang sangat menarik adalah variasi gambar dan simbol yang diukir menghiasi semua bagiannya. Ukiran-ukiran tersebut untuk menunjukkan konsep keagamaan dan sosial suku Toraja yang disebut Pa’ssura (Penyampaian). Oleh karena itu, ukiran kayu merupakan perwujudan budaya Toraja. Pola yang terukir memiliki makna dengan presentase simbol tertentu dari pemilik atau rumpun keluarga yang punya nilai magis. Ukiran-ukiran Toraja itu diyakini memiliki kekuatan alam atau supranatural tertentu.

Diperkirakan, tidak kurang dari 67 jenis ukiran dengan aneka corak dan makna. Warna-warna yang dominan adalah merah, kunig, putih dan hitam. Semua sumber warna berasal dari tanah liat yang disebut Litak kecuali warna hitam yang berasal dari jelaga atau bagian dalam pisang muda. Pencipta awal mula ukiran-ukiran magis ini diyakini dari Ne’ Limbongan yang mana simbolnya adalah berupa lingkaran berbatas bujur sangkar bermakna mata angin.

Pembangunan Rumah Adat

Secara teknis pembangunan tongkonan adalah pekerjaan yang melelahkan, sehingga biasanya dilakukan dengan bantuan keluarga besar. Ada tiga jenis tongkonan. Tongkonan layuk adalah tempat kekuasaan tertinggi. Digunakan sebagai pusat “pemerintahan”. Tongkonan pekamberan adalah milik anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam adat dan tradisi lokal. Sedangkan anggota keluarga biasa tinggal di tongkonan batu. Eksklusivitas kaum bangsawan atas tongkonan semakin berkurang seiring banyaknya rakyat biasa yang dapat pekerjaan menguntungkan di daerah lain di Indonesia. Setelah memperoleh cukup uang, orang biasa pun mampu membangun tongkonan yang besar.

Macam Rumah Adat

Selain sebagai rumah adat, Suku Toraja mengenal 3 jenis Tongkonan menurut peran adatnya, walau bentuknya sama persis, yaitu:

1. Tongkonan Layuk, Sebagai pusat kekuasaan adat dan tempat membuat peraturan.

2. Tongkonan Pekaindoran (Pekanberan), merupakan tempat untuk melaksanakan peraturan dan perintah adat.

3. Tongkonan Batu A’riri, tempat pembinaan keluarga serumpun dengan pendiri Tongkonan.

Informasi lebih lanjut hubungi

Peta TMII (https://id.wikipedia.org)

Anjungan Provinsi Sulawesi Selatan
Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur
Telp : (62) 21 8779 2078
Wevsite: https://www.tamanmini.com/anjungan/anjungan-sulawesi-selatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar