Batik merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Berbagai daerah kini berlomba melestarikannya. Batik daerah disesuaikan dengan corak budaya dan ciri khas masing-masing daerah. Batik Kalimantan Timur misalnya, memiliki corak yang berbeda dengan batik lainnya. Batik Kalimantan Timur terdiri dari beberapa bahan. Ada yang berbahan sutra, semi sutra, serat nanas, katun, dan doby atau lebih dikenal dengan ulap doyo.
Dari sekian bahan yang ada, bahan sutra menjadi unggulan. Alasan pembeli dari beberapa pengunjung yang ditemui di salah satu pusat oleh-oleh di Samarinda sutra lebih nyaman dipakai. Tentu saja ini, sutra bahan kain terbaik yang lembut serta dingin dan jatuh dikulit. Tak masalah jika harganya tinggi dengan kualitas seperti ini.
Untuk kain dengan bahan serat nanas dikenal berbahan mengilap menjadi ciri khas tersendiri. Biasanya batik dengan bahan ini digunakan sebagai baju atasan saja. Sedangkan semi sutra merupakan jenis bahan yang paling digemari. Selain harganya yang terjangkau, bahan ini juga kurang lebih sama kualitas nyaman dipakainya.
Batik katun merupakan bahan batik yang sama dengan batik lainnya. Biasanya bahan paling sering digunakan untuk kemeja dan pakaian pria. Bahan terakhir yang menjadi ciri khas Kalimantan Timur yaitu bahan ulap doyo. Jenis kain ini banyak digunakan sebagai celana atau rok.
Ulap doyo banyak digemari pendatang Kalimantan Timur, dari Jawa atau Sumatera. Sayangnya, masyarakat Kaltim sendiri kurang begitu antusias dan mengenal batik daerah sendiri. Belum menyeluruh masyarakat Kaltim turut melestarikan ulap doyo sebagai pakaian sehari-hari, pesta atau seragam kerja.
Tidak hanya dijahit untuk pakaian, produksi kerajinan tangan batik Kalimantan Timur sudah dituangkan kedalam beberapa corak peralatan rumah tangga, seperti pembungkus kotak tisu, tudung saji, pembungkus alat dapur, penutup televisi, dan lain sebagainya.
Batik Shaho (diambil dari singkatan nama depan seluruh anggota keluarga pencipta batik, yaitu Supratono dan Haryati selaku orangtua dan ketiga anak mereka, Ardi, Hendri, dan Oki) - https://twicsy.com
Ragam Hias (Motif)
Pembuatan batik kalimantan timur ini masih menggunakan teknik batik tulis, meski pembuatannya kini juga dilakukan dengan cara teknik cap. Harga yang ditawarkan batik tulis jauh lebih tinggi dibanding dengan batik motif cap. Ini disebabkan karena waktu pembuatannya jauh lebih lama dibanding batik cap, kira-kira bisa mencapai 2 hingga 3 bulan. Pembuatannya juga lebih rumit dan butuh ketelitian yang lebih, dibanding dengan batik cap. Apalagi pembatik juga harus sangat teliti dalam menorehkan canting untuk menutup kain dengan malam.
Motif pada batik Dayak mencerminkan budaya orang Dayak, dimana Dayak dalam bahasa sana berbarti ‘sungai’. Sehingga batik ini menggambarkan berbagai aktivitas yang erat kaitannya dengan sungai. Sedangkan motif lainnya seperti Batang Garing (simbol batang kehidupan bagi masyarakat Dayak), Mandau (senjata khas suku Dayak), Burung Enggang atau Tingang (Elang Kalimantan), Balanga maupun motif yang ada di rumah adat. Motifnya tergolong rumit, dengan lekukan dan titik yang banyak. Warnanya lebih berani seperti shocking pink, hijau stabilo, merah terang, oranye, dan masih banyak lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar