Oleh Lara Ahmad
Masak-Masakan (https://www.satujam.com)
Sebagai anak perempuan tulen, tentu di masa kecil aku suka bermain masak-masakkan. Tapi jangan tanya sekarang apakah aku bisa masak atau tidak. Yang namanya masak-masakkan, pasti cuma masak bohong-bohongan maka wajar bila di masa dewasa tetap tidak bisa masak.
Peralatan Memasak
Bermain masak-masakkan tentu membutuhkan peralatan memasak dan bahan masakan yang juga bohongan alias tiruan. Peralatan masak-masakan memang bisa dibeli di toko-toko terdekat. Alat masak-memasak ini dibuat mirip dengan aslinya dalam berbagai warna serta bentuk yang lebih mini. Namun, sebagai anak kampung di suatu dusun di daerah Boyolali, aku dan teman-teman masa kecilku jarang menggunakan peralatan mainan yang dijual di toko. Kami lebih sering menggunakan peralatan bekas seperti berbagai macam botol, batok kelapa, kaleng susu, tutup kaleng roti, atau wadah-wadah lain yang sudah tidak terpakai. Jadi, ternyata sejak kecil kami sudah diajarkan sederhana, hemat, juga mendaur ulang sampah atau barang-barang yang sudah tak terpakai.
Bahan Masakan
Sementara untuk bahan masak-masakannya, kami menggunakan bahan alami yang dengan mudah bisa diperoleh di sekeliling tempat tinggal kami. Kami biasa mencari bahan masakan di kebun, di belakang rumah, di kali, di sawah, atau di dalam rumah. Semuanya alami, tanpa bahan pengawet atau bahan pewarna. Namun, tetap berbahaya bila dimakan sungguhan. Ya iyalah, namanya juga masak-masakkan.
Tempe
Buah Nangka bahan pembuat Tempe, jangan yang masak (tua) nanti di marahi Emak
Untuk membuat tempe-tempean, kami menggunakan buah nangka yang kecil-kecil. Kira-kira besarnya seukuran ibu jari orang dewasa. Buah nangka ini bisa diperoleh di bawah pohon nangka karena buah akan jatuh tak jauh dari pohonnya. Buah ini selanjutnya dikupas, dipotong kecil-kecil, lalu dibungkus daun pisang dan ditali dengan rafia atau tali yang berasal dari batang pohon pisang yang kering. Beberapa hari kemudian, potongan buah nangka tadi akan berfermentasi mirip seperti tempe yang dibuat dari kedelai.
Minyak Goreng
Daun bunga Sepatu, bahan pembuat minyak goreng
Sirup
Daun pohon Jati, bahan pembuat Sirup (https://srigirsang.blogspot.co.id)
Kemudian untuk sirup, kami menumbuk daun jati muda dan juga diperas dengan air lalu air perasan dimasukkan ke botol. Jadilah sirup rasa frambozen atau stroberi. Untuk rasa-rasa lainnya, kami tinggal mencocokkan dengan warnanya. Misalnya, untuk melon, kami akan mencari tumbuhan yang bila ditumbuk akan menghasilkan perasan berwarna hijau, begitu seterusnya.
Es Batu
Batu Padas, bahan pembuat Es Batu, cari yang kecil aja ya
Sementara untuk es batunya, kami mengakali dengan batu padas. Ketahuilah, setiap batu padas dicemplungkan kedalam air maka akan menimbulkan bunyi mendesis seperti es sungguhan.
Kerupuk
Ada pun untuk pengganti kerupuk adalah daun nangka yang kekuning-kuningan yang dipotong kotak-kotak. Lalu kerupuk-kerupukan itu digoreng dengan minyak goreng mainan tadi.
Kerupuk
Daun Nangka bahan pembuat Kerupuk (https://9manfaatdaun.blogspot.co.id)
Ada pun untuk pengganti kerupuk adalah daun nangka yang kekuning-kuningan yang dipotong kotak-kotak. Lalu kerupuk-kerupukan itu digoreng dengan minyak goreng mainan tadi.
Ikan
Pelepah Pisang bahan pembuat Ikan (https://www.kaskus.co.id)
Selanjutnya untuk ikan-ikanan, kami menggunakan pelepah daun pisang yang telah diambil daunnya. Lalu pelepah pisang ini dipotong-potong secara miring dan tipis sehingga menghasilkan potongan yang mirip ikan, lebih tepatnya kepala ikan. Kami sering menyebutnya gereh petek (ikan petek) untuk ukuran yang agak besar. Sedang ukuran yang kecil, kami anggap sebagai gereh teri (ikan teri).
Bakso
Biji pohon Jati, mirip ya dengan Bakso? (https://agromart.wordpress.com)
Untuk bola bakso, kami bisa menggunakan biji atau buah dari pohon jati yang bentuknya bulat itu atau dengan batu atau bisa juga dengan tanah lempung yang sudah dibentuk bulat-bulat.
Tali Putri, bahan pembuat Mie (https://rynari.wordpress.com)
Sementara untuk mie, Tali Putri semacam tanaman pengganggu yang memiliki bentuk dan warna seperti mie kuning ini tumbuh di antara tanaman tetean.
Gula Merah (Gula Kelapa)
Ada lagi, untuk bahan gula merah kami menggunakan bekas bata merah atau genting yang telah kami tumbuk. Mengapa harus ditumbuk? Tentu saja ditumbuk, karena batu tidak bisa meleleh seperti gula merah sungguhan bila dimasukkan ke air. Sedang untuk gula putihnya, kami menggunakan batu padas yang ditumbuk. Untuk garamnya, kami menggunakan biji bunga “pukul tujuh”. Biji bunga ini berbentuk bundar kecil berwarna hitam seukuran mutiara. Jika dibuka di dalamnya ada semacam tepung putih.
Sayur Mayur
Daun Jambu, bahan Sayur Mayur (https://pondokibu.com)
Lalu untuk sayur mayur, bukan hal yang sulit bagi kami. Banyak sayur sungguhan yang bisa digunakan seperti bayam, singkong, pepaya, atau kangkung yang banyak terdapat di kebun atau sawah. Untuk sayuran lain, kami juga bisa menggunakan daun jambu, belimbing, lamtoro (biasa kami sebut mlanding) dan daun-daun lain.
Surprisenya, sewaktu kecil aku menemui tanaman yang memiliki kemiripan dengan sayuran sungguhan yang biasa digunakan memasak oleh ibu-ibu kita. Seperti tanaman seledri misalnya, sayuran ini memiliki aroma khas, biasa digunakan untuk pelengkap masakan, ternyata ada tumbuhan yang mirip sekali dengan seledri tapi bukan seledri. Di tempatku biasa disebut seledri-seledrian. Akhiran "-an" cukup untuk menekankan bahwa tumbuhan ini hanya mirip seledri saja. Aroma seledri-seledrian pun sangat beda dengan seledri asli.
Selain sayuran, ada pula tanaman yang kami sebut suroh-surohan. Suroh atau dalam bahasa Indonesia disebut sirih biasanya dipakai untuk bahan pengobatan atau jamu tradisonal. Dipakai juga oleh nenek-nenek di kampungku sebagai pelengkap kinangan (bersirih). Suroh-surohan tadi juga cukup mirip dengan sirih namun bentuknya agak kecil.
Nasi
Ampas Kepala sebagai nasi, mirip ya? (https://blogobat.com)
Bagaimana dengan menu utama, yaitu nasi? Nah, ini dia yang aku sendiri tidak puas. Seringnya kami menggunakan tanah atau pasir sebagai pengganti nasi. Padahal kami tahu betul dari warnanya saja beda sekali. Nasi berwarna putih sementara tanah atau pasir hitam. Namun terkadang jika sedang beruntung, kami bisa menggunakan ampas kelapa sebagai pengganti nasi. Dari tekstur dan warnanya, ampas kelapa lebih mirip nasi ketimbang tanah ataupun pasir.
Makanan Penutup
Lidah buaya dikupas dan dicuci, sebagai bahan pembuat makanan penutup
Bagaimana dengan makanan penutup? Untuk pengganti agar-agar, kami bisa menggunakan lidah buaya yang sudah dikupas dan cuci. Teksturnya yang kenyal sangat mirip dengan agar-agar atau jely. Oya, getah lidah buaya yang kental bisa digunakan sebagai minyak goreng mainan tanpa perlu menumbuk daun bunga sepatu.
Mendadak aku tersadar, bahwa Pencipta Dunia ini sangat adil. Anak-anak pun mendapat kasih sayang dan perhatian yang luar biasa dari Sang Pencipta dengan adanya berbagai macam tumbuhan, tanaman, pohon serta lain-lain sebagai sarana bermain anak-anak.
Sayangnya anak-anak sekarang ini jarang bermain di alam dengan sarana yang telah disediakan oleh alam, mereka lebih sering di depan televisi, di depan komputer atau sibuk dengan tombol-tombol ponsel.
Sumber: Beritasatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar