KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional Mufidah Jusuf Kalla (berkacamata) melihat salah satu koleksi kerajinan saat pembukaan Galeri Dekranasda Provinsi DKI Jakarta di Balai Kota Jakarta, Rabu (5/8). Galeri tersebut merupakan wadah bagi perajin untuk berkreasi dan mengembangkan potensi ekonomi daerah.
Selama ini, kain batik khas Jakarta identik dengan motif ondel-ondel, tugu Monumen Nasional, dan penari betawi. Jika sekarang Anda ingin memiliki batik khas Jakarta, tidak perlu khawatir dengan motif yang itu-itu saja. Flora dan fauna khas Jakarta akan menyemarakkan koleksi batik Anda.
Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI Jakarta, Rabu (5/8), meluncurkan motif baru untuk semua bentuk kerajinan, seperti batik, anyaman, kain perca, keramik, logam, dan plastik. Bertajuk Smara Cintya Puspanagari atau kecintaan pada bunga-bunga negeri, ditampilkan batik dan kerajinan bermotif flora dan fauna khas Jakarta, antara lain salak condet, daun sirih kuning, bunga melati gambir, bunga kembang teleng, bunga nona makan sirih, bunga kerak nasi, bunga tapak dara, bunga bungur, bunga flamboyan, elang bondol, bulus, kupu-kupu, dan burung kipasan elang.
Turut memeriahkan acara itu peragaan busana oleh para artis senior, seperti Widyawati, Marini Soerjosoemarno, dan Nungki Kusumastuti. Hadir pula penyanyi Shelomita dan Marcella Zalianty beserta putra-putri mereka.
Para desainer Indonesia pun menampilkan kreasi terbaik dalam mengolah motif baru itu. Wenni Vielga dari Rumah Kebaya menampilkan tema "Menjejak Tapak Dara". Ia menampilkan bunga tapak dara di atas kain cerah dengan nuansa putih dan merah muda. Riana Kusuma dari Batik Riana Kusuma memanfaatkan kesegaran warna daun sirih dalam batik bernuansa hijau dan kuning, dihiasi dedaunan dan sulur-suluran dalam tema "Nona Makan Sirih". Sementara Emma Damayanti dari Rumah Betawi mempersembahkan "The Flower of Jakarta" bernuansa hitam putih dengan hiasan beragam bunga cerah.
Menggali identitas lain
Ketua Dekranasda DKI Jakarta Veronica Tjahaja Purnama mengatakan, Jakarta semacam Indonesia kecil dengan kekayaan flora dan fauna khas. "Jakarta perlu identitas yang lain. Kami coba menggali dan ditemukanlah flora dan fauna meski saya juga belum lulus ujian, belum hafal," tuturnya sambil tertawa.
Dia lalu meminta agar suaminya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, mulai menanam aneka flora khas Jakarta tersebut di sekitar Balai Kota Jakarta. Veronica berharap agar keindahan flora dan fauna Jakarta bisa menginspirasi para perajin untuk lebih kreatif mengembangkan karya mereka.
Acara peluncuran motif baru tersebut sekaligus peresmian Galeri Dekranasda DKI Jakarta oleh Ketua Umum Dekranas Mufidah Jusuf Kalla. Galeri ini, lanjut Veronica, merupakan solusi dari keprihatinan panjang tentang kurangnya fasilitas dan ruang pamer di tengah melimpahnya hasil kreativitas warga.
Galeri itu menampilkan beragam hasil kerajinan, mulai dari kain batik, sarung bantal, piring hias, dompet, tempat tisu, taplak meja, hingga tas tangan. Harganya beragam mulai dari Rp 25.000 hingga jutaan rupiah.
"Acara semacam ini tidak bisa sekali selesai. Kami ingin memiliki ruang yang berkelanjutan. Di Balai Kota ini banyak pegawai berlalu lalang, kenapa tidak dibuka satu toko khusus," katanya.
Veronica juga ingin agar para ibu rumah tangga yang kini menghuni rumah susun sederhana di sejumlah lokasi bisa diberdayakan untuk menghasilkan aneka kerajinan. Menurut dia, ini adalah langkah awal untuk memperluas sebaran motif kerajinan baru sekaligus menggerakkan roda perekonomian di rusun.
Mufidah mengapresiasi langkah DKI Jakarta menciptakan motif kerajinan baru dan galeri baru. Dia mendorong agar kreativitas semacam ini terus dikembangkan untuk mendukung perekonomian masyarakat. "Kerajinan dapat menjadi lapangan pekerjaan. Saya berharap Dekranasda DKI Jakarta dapat meningkatkan kemampuan perajin dalam teknik produksi, desain produk, dan manajemen produksi, sekaligus mendorong upaya pelestarian bahan baku," ujarnya.
Sumber: Print Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar