Rumah Adat atau Bumi Adat Cikondang (https://www.travelmatekamu.com)
Kampung Adat Cikondang secara administratif terletak di dalam wilayah Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, berada di perbukitan Bandung Selatan di ketinggian sekitar 700 meter dari permukaan laut.
Jarak dari Pusat Kota Bandung ke Kampung Adat Cikondang ini sekitar 38 Kilometer, sedangkan dari pusat Kecamatan Pangalengan sekitar 11 Kilometer. Dari Kota Bandung ke arah Selatan melewati Kecamatan Banjaran dan Kecamatan Cimaung.
Jarak dari ruas jalan Bandung-Pangalengan yang berada di wilayah Kampung Cibiana ke Kampung Cikondang satu kilometer. Sedang dari jalan komplek perkantoran PLTA Cikalong, melewati bendungan dengan tangga betonnya, selanjutnya melalui Kantor Desa Lamajang sekitar satu setengah kilometer.
Sejarah
Konon mulanya di daerah ini ada seke (mata air) yang ditumbuhi pohon besar yang dinamakan Kondang. Oleh karena itu selanjutnya tempat ini dinamakan Cikondang atau kampung Cikondang. Nama itu perpaduan antara sumber air dan pohon Kondang; “Ci” berasal dari kependekan kata “cai” artinya air (sumber air), sedangkan “kondang” adalah nama pohon tadi.
Untuk menyatakan kapan dan siapa yang mendirikan kampung Cikondang sangat sulit untuk dipastikan. Namun, masyarakat meyakini bahwa karuhun (Ieluhur) mereka adalah salah seorang wali yang menyebarkan agama Islam di daerah tersebut. Mereka memanggilnya dengan sebutan Uyut Pameget dan Uyut Istri yang diyakini membawa berkah dan dapat ngauban (melindungi) anak cucunya.
Kapan Uyut Pameget dan Uyut Istri mulai membuka kawasan Cikondang menjadi suatu pemukiman? Tidak ada bukti konkrit yang menerangkan kejadian itu, baik yang tertulis maupun lisan. Menurut perkiraan seorang tokoh masyarakat, Bumi Adat diperkirakan telah berusia 200 tahun. Jadi, diperkirakan Uyut Pameget dan Uyut Istri mendirikan pemukiman di kampung Cikondang kurang Iebih pada awal abad ke-XIX atau sekitar tahun 1800.
Tradisi
Tempat minum dari batok kelapa (https://tugaskab.blogspot.co.id)
Kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat Kampung Cikondang adalah Islam. Masyarakat di sekitar Kampung Cikondang juga sangat memegang teguh budaya mereka. Dapat dilihat dari rumah adat Kampung Cikondang yang tidak diperbolehkan diisi barang-barang elektronik, seperti televisi, radio, listrik, dan lain-lain bahkan dalam memasak alat-alat yang digunakan pun masih menggunakan tradisional, yang dinamakan “hau” atau yang disebut tungku. Gelasnya pun juga berasal dari batok kelapa yang disebut “tik”, kita tidak dapat menemukan gelas yang terbuat dari kaca ataupun plastik seperti yang biasa kita temukan. Untuk penerangannya masyarakat Kampung Cikondang menggunakan lentera dan tidak menggunakan listrik.
Rumah Adat (Bumi Adat)
Bagian dalam Rumah Adat atau Bumi Adat Cikondang (https://tugaskab.blogspot.co.id)
Apabila masuk kedalam rumah adat Kampung Cikondang, hawa dingin akan terasa dalam rumah tersebut, mengingat musim hujan dan rumah Kampung Cikondang yang berasal dari anyaman bambu dan ijuk. Rumah adat Kampung Cikondang juga dinamakan dengan bumi adat. Bahkan rumah tersebut tidak pernah diubah sejak dahulu dan tidak pernah direnovasi, hal itu dianggap sebagai menjaga kelestarian budaya Kampung Cikondang. Ketika kita masuk kedalam rumah adat Kampung Cikondang terdapat larangan yang harus kita ingat bahwa kita tidak boleh menginjak pijakan yang ada di rumah adat. Saat di dalam rumah adat Kampung Cikondang pun tidak diperbolehkan duduk sembarangan, khususnya wanita tidak boleh mengangkat kaki, dan tidak boleh selonjoran, hal ini dianggap tidak sopan apabila duduk secara sembarangan maka dari itu biasanya masyarakat duduk dengan kaki dilipat ke belakang.
Ruang Tamu Rumah Adat atau Bumi Adat Cikondang (https://tugaskab.blogspot.co.id)
Didalam rumah adat Kampung Cikondang juga terdapat kamar yang tidak ditutup dengan pintu melainkan hanya dengan kain. Namun kamar tersebut tidak boleh dimasuki mengingat kamar tersebut adalah kamar dari hanom, juru kunci kampung Cikondang. Selain itu apabila kita melihat ke atas kita juga dapat melihat ruang, ruang tersebut yang menjadi tempat penyimpanan hasil tani masyarakat Kampung Cikondang. Hasil tani kampung Cikondang sebagian akan disimpan untuk digunakan sehari-hari,sebagai bahan “wuku taun” atau ulang tahun dan juga dijual. Peralatan-peralatan masak yang digunakan pun juga disimpan disekitar kayu-kayu yang dibuat masyarakat Kampung Cikondang. Mata pencaharian masyarakat Kampung Cikondang adalah pertanian, yang ditanam oleh masyarakat Kampung Cikondang adalah padi dan bawang.
Kamar mandi (https://tugaskab.blogspot.co.id)
Kamar mandi yang digunakan pun juga masih sangat sederhana, kamar mandi tersebut hanya dibalut dengan anyaman-anyaman bambu dan ijuk yang sama seperti digunakan untuk rumah adat Kampung Cikondang, lantainya pun hanya terbuat dari kayu. Tidak hanya itu, apabila kita melihat kebawah kita dapat melihat empang yang sangat luas. Empang tersebut lah tempat mengumpulnya kotoran tersebut. Walaupun sejenak terlihat kurang nyaman namun itulah yang digunakan oleh masyarakat Kampung Cikondang, airnya pun terasa sejuk menyentuh tangan. Namun satu hal yang telah diikuti masyarakat Kampung Cikondang adalah masyarakat tersebut menggunakan gayung untuk mengambil air.
Kuliner
Beragam makanan (Cemilan) Kampung Adat Cikondang (https://tugaskab.blogspot.co.id)
Kita dapat melihat berbagai jenis makanan khas Kampung Cikondang, setidaknya terdapat 45 macam makanan khas yang dimiliki Kampung Cikondang, yang terdiri dari opak, raginang, klontong, teng-teng, ampeang, dan lain-lain. Makanan khas kampung Cikondang tersebut biasanya disajikan untuk tamu-tamu yang datang berkunjung Kampung Cikondang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar