Adat Indonesia

Blog tentang adat istiadat di Indonesia

Senin, 08 Juni 2015

Motif Batik Indonesia

Motif Parang Kusumo (https://budaya-semasa.blogspot.com)

Motif batik di Indonesia sangat beragam. Apalagi di masa modern sekarang ini motif batik ikut dimodernisasi dan dikreasikan sesuai perkembangan zaman. Semuanya semakin memperkaya motif batik Nusantara.

Motif batik adalah suatu dasar atau pokok dari suatu pola gambar yang merupakan pangkal atau pusat suatu rancangan gambar, sehingga makna dari tanda, simbol, atau lambang dibalik motif batik tersebut dapat diungkap. Motif merupakan susunan terkecil dari gambar atau kerangka gambar pada benda.

Motif Sawat (https://budaya-semasa.blogspot.com)

Motif terdiri atas undur bentuk atau objek, skala atau proporsi,dan komposisi. Motif menjadi pangkalan atau pokok dari suatu pola. Motif itu mengalami proses penyusunan dan diterapkan secara berulang-ulang sehingga diperoleh sebuah pola.

Pola itulah yang nantinya akan diterapkan pada benda lain yang nantinya akan menjadi sebuah ornamen. Di balik kesatuan motif, pola, dan ornamen, terdapat pesan dan harapan yang ingin disampaikan oleh pencipta motif batik.

Motif Gurda (Burung Garuda) - (https://budaya-semasa.blogspot.com)

Motif batik adlah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif Batik disebut juga corak batik, kadang digunakan untuk penanaman corak batik atau pola batik itu sendiri. Pada umumnya, motif batik di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Motif sawat
2. Motif ceplok
3. Motif gurda (burung garuda)
4. Motif meru (gunung)
5. Motif truntum
6. Motif udan liris
7. Motif Parang kusuma
8. Motif parang rusak barong
9. Motif slobog
10. Motif tambal
11. Motif ciptoning
12. Motif parikesit
13. Motif sido luhur
14. Motif sido drajad
15. Motif sido mukti
16. Motif cuwiri
17. Motif kawung
18. Motif nitik karawitan
19. Motif burung huk (burung merak)
20. Motif parang dan lereng
21. Motif mega mendung
22. Motif semen rama
23. Motif semen ogeng
24. Motif abstrak

Motif Udan Liris (https://budaya-semasa.blogspot.com)

Selain motif-motif yang populer tersebut, masih ada banyak motif lainnya yang beredar dipasaran batik. Terlebih di masa kini, motif batik sudah demikian modern dan dikerasikan dengan berbagai corak, warna, serta bentuk. Bahkan modifikasi tersebut sering kali tidak sesuai dengan pakem dan nilai-nilai filosofis yang terkandund di dalamnya demi memperoleh nilai estetika yang diharapkan.

Indonesia harus bersyukur karena batik dengan motif berpakem tradisional tersebut masih terus-menerus digunakan di kalangan tertentu, seperti lingkungan keraton.

Motif Ceplok (https://budaya-semasa.blogspot.com)

Para penerus dan keturunan keraton masih banyak menggunakan batik-batik dengan motif tertentu untuk melestarikan nilai-nilai filosofis yang terkandumg di dalamnya. Mereka masih menggunakan batik sesuai dengan pakem dan aturan, terutama pada acara-acara keraton dan upacara-upacara adat yang mengharuskan mereka berbusana sesuai dengan aturan yang ada di lingkungan keraton.

Pengembangan dan modifikasi terhadap motif, corak, dan warna batik harus didukung sepenuhnya agar batik semakin memasyarakat dan dapat lestari. Pengembangan tersebut selalu bertujuan baik, misalnya untuk mendapatkan nilai estetika yang diharapkan, batik dibuat menggunakan bahan yang diinginkan serta menerobos jalur-jalur klasik agar batik lebih dapat diterima di berbagai kalangan dengan beragam kepentingan.

Motif Burung Huk (Burung Merak) - https://batikyahyu.blogspot.com

Untuk itu, sangatlah penting untuk menghargai berbagai usaha yang dilakukan oleh setiap pihak untuk mengembangkan batik. Bagaimana pun juga, batik di Indonesia dapat bertahan dalam waktu yang lama karena masyarakatnya terus-menerus melestarikannya. Tanpa adanya usaha tersebut, lambat laun batik bisa punah. Tentu kita tidak menginginkan hal ini terjadi karena batik adalah kekayaan dan warisan budaya yang sangat bernilai dan harus kita jaga kelestariannya demi identitas dan kejayaan Indonesia.

Sumber bacaan:
Batik Nusantara, makna filosofis, cara pembuatan dan industri batik oleh Ari Wulandari, penerbit Andi Yogyakarta 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar