Adat Indonesia

Blog tentang adat istiadat di Indonesia

Senin, 08 Juni 2015

Batik Keraton


Batik Kraton awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Pembuatan batik yang pada tahap pembatikannya hanya dikerjakan oleh putri-putri di lingkungan kraton dipandang sebagai kegiatan penuh nilai kerokhanian yang memerlukan pemusatan pikiran, kesabaran, dan kebersihan jiwa dengan dilandasi permohonan, petunjuk, dan ridho Tuhan Yang Maha Esa. Itulah sebabnya ragam hias wastra batik senantiasa menonjolkan keindahan abadi dan mengandung nilai-nilai perlambang yang berkait erat dengan latar belakang penciptaan, penggunaan, dan penghargaan yang dimilikinya.

Motif batik Keraton Ceplok Nagaraja (https://nlyliyani.wordpress.com)

Motif batik Keraton Tambal Nitik (https://nlyliyani.wordpress.com)

Batik kraton adalah jenis batik yang dikembangkan dan digunakan di lingkungan keraton. Motif dan penggunaannya diatur dengan norma-norma kraton. Karena setiap corak menunjukkan status pemakainya, corak motif batik keraton disebut motif larangan. Hal ini disebabkan pada awalnya motif-motif tertentu dilarang dikenakan oleh masyarakat umum, kecuali oleh kerabat kraton. Dalam masyarakat kraton jawa, membatik dianggap sebagai kegiatan pengabdian kepada raja.

Motif batik Keraton Ceplok Blah Kedaton (https://nlyliyani.wordpress.com)

Motif batik Keraton Kawung (https://nlyliyani.wordpress.com)

Keberadaan batik Yogyakarta tentu saja tidak terlepas dari sejarah berdirinya kerajaan Mataram Islam oleh Panembahan Senopati. Setelah memindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Mataram, dia sering bertapa di sepanjang pesisir Pulau Jawa, antara lain Parangkusuma menuju Dlepih Parang Gupito, menelusuri tebing Pegunungan Seribu yang tampak seperti “pereng” atau tebing berbaris.

Motif batik Keraton larangan (https://akucintanusantaraku.blogspot.com)

Sebagai raja Jawa yang tentu saja menguasai seni, maka keadaan tempat tersebut mengilhaminya menciptakan pola batik lereng atau parang, yang merupakan ciri ageman (pakaian) Mataram yang berbeda dengan pola batik sebelumnya. Karena penciptanya adalah raja pendiri kerajaan Mataram, maka oleh keturunannya, pola-pola parang tersebut hanya boleh dikenakan oleh raja dan keturunannya di lingkungan istana. Motif larangan tersebut dicanangkan oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1785. Pola batik yang termasuk larangan antara lain : Parang Rusak Barong, Parang Rusak Gendreh, Parang Klithik, Semen Gedhe Sawat Gurdha, Semen Gedhe Sawat lar, Udan liris, Rujak Senthe, serta motif parang-parangan yang ukurannya sama dengan parang rusak.

Motif batik Keraton larangan (https://akucintanusantaraku.blogspot.com)

Semenjak perjanjian Giyanti tahun 1755 yang melahirkan Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, segala macam tata adibusana termasuk di dalamnya adalah batik, diserahkan sepenuhnya oleh Keraton Surakarta kepada Keraton Yogyakarta. Hal inilah yang kemudian menjadikan keraton Yogyakarta menjadi kiblat perkembangan budaya, termasuk pula khazanah batik. Kalaupun batik keraton Surakarta mengalami beragam inovasi, namun sebenarnya motif pakemnya tetap bersumber pada motif batik Keraton Yogyakarta.

Motif batik Keraton Tambal (https://nlyliyani.wordpress.com)

Motif batik Keraton Parang Seling Huk (https://nlyliyani.wordpress.com)

Batik tradisional di lingkungan Kasultanan Yogyakarta mempunyai ciri khas dalam tampilan warna dasar putih yang mencolok bersih. Pola geometri keraton Kasultanan Yogyakarta sangat khas, besar-besar dan sebagian diantaranya diperkaya dengan parang dan nitik. Sementara itu, batik di Puro Pakualaman merupakan perpaduan atara pola batik Keraton Kasultanan Yogyakarta dan warna batik Keraton Surakarta. Perpaduan ini dimulai sejak adanya hubungan keluarga yang erat antara Puro Pakualaman dengan Keraton Surakarta ketika Sri Paku Alam VII mempersunting putri Sri Susuhunan Pakubuwono X. Putri Keraton Surakarta inilah yang memberi warna dan nuansa Surakarta pada batik Pakualaman, hingga akhirnya terjadi perpaduan keduanya. Dua pola batik yang terkenal dari Puro Pakulaman yakni Pola Candi Baruna yang terkenal sejak sebelum tahun 1920 dan Peksi Manyuro yang merupakan ciptaan RM Notoadisuryo. Sedangkan pola batik Kasultanan yang terkenal antara lain Ceplok Blah Kedaton, Kawung, Tambal Nitik, Parang Barang Bintang Leider dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar