Di tengah melajunya industri fashion Indonesia, lini busana pria seakan masih lambat beranjak. Ini terlihat dari minimnya desainer dan brand Indonesia yang menggarap busana pria. Banyak yang kurang all out masuk ke celah ini karena pasar yang cenderung kurang merespon, akhirnya lini busana pria banyak yang dibuat sebagai pelengkap dari target market utama yaitu busana wanita.
Bagi Musa Widyatmodjo, awal keseriusannya untuk menggarap label men’s wear juga berhubungan erat dengan label eksklusifnya -Musa Widyatmodjo- yang selama ini khusus ditujukan untuk para perempuan. Banyak feedback dari konsumen yang meminta untuk dibuatkan busana untuk pria, dengan sentuhan personal seperti halnya busana wanita yang didesainnya. Dalam rentang waktu yang cukup lama, Musa pun mengamati bahwa mulai ada kebangkitan kaum pria untuk lebih memerhatikan penampilan dirinya, baik pada saat santai maupun formal. Karena produk Indonesia dirasa belum cukup ada yang ‘representatif’ dari segi kualitas bagi para pria mapan tersebut, akhirnya mereka kembali lagi memakai label-label mancanegara yang sudah terkenal.
Menanggapi produk desainer Indonesia untuk busana pria yang cenderung lambat diserap pasar, Musa menyadari memang proses transformasi selera pria Indonesia untuk berbusana lebih fashionable akan memakan waktu yang lama. “Mungkin kita sekarang melihat para pria Italia yang sangat keren dan modis, itupun melalui proses yang sangat lama. Proses edukasi yang melibatkan semua ekosistem mode di sana. Jadi label men’s wear yang saya rintis ini memang tidak untuk dipetik hasilnya dalam waktu singkat, tetapi nanti dalam jangka panjang. Desainer itu membangun brand untuk longterm, untuk 20-25 tahun yang akan datang,” paparnya.
Mode yang bertanggungjawab
Selain ikut memajukan fashion Indonesia khususnya untuk segmen busana pria, Musa juga beberapa kali menyebutkan bahwa persembahannya ini sebagai bagian dari pertanggungjawabannya sebagai fashion designer yang mengolah wastra Indonesia. Di balik setiap produk yang dihasilkannya selalu ada konsep pemikiran yang jelas. “It’s about the details. Ada ide yang dituangkan kemudian proses riset yang harus dilakukan. Tujuannya adalah bagaimana mengkomersialkan idealisme tersebut”. Musa tidak ingin membuat busana pria yang bisa dibeli di tempat lain. Harus selalu memiliki detail yang berbeda.
Mengolah Wastra Nusantara
Selama 24 tahun karirnya sebagai fashion designer, Musa selalu setia untuk menggali potensi wastra dan kriya dari seluruh Indonesia. Tetapi ia tidak ingin dikatakan sebagai desainer etnik. Musa lebih mengidentifikasi diri sebagai desainer pengolah wastra Indonesia menjadi karya fashion berselera global.
Sumber: Femaledaily
Tidak ada komentar:
Posting Komentar