Apa bedanya ketupat lemak dengan ketupat yang sering kita jumpai pada Lebaran? Sayang makanan ini nyaris punah.
Lebaran baru saja berlalu. Ketupat, lontong, opor sudah bersih dari meja makan setelah selama merayakan Idulfitri, setia mengisi meja makan di hampir semua rumah tangga.
Yang menarik, kalau ketupat pada umumnya dari beras, di Kalimantan Barat dikenal ketupat yang memakai bahan ketan. Sayangnya, makanan yang dikenal dengan ketupat lemak itu nyaris hanya tinggal cerita.
Seperti yang diceritakan oleh Nazariyah, warga di Purnama, Pontianak. Wanita yang sekarang berusia 67 tahun ini, menikmati ketupat lemak hanya pada masa kecilnya di Sanggau, sekitar 1957-1959. Sebagian besar warga, ketika itu, setiap menjelang Idulfitri, membuat ketupat lemak.
Bahkan, dulu, sebelum Lebaran, ia yang anak Daeng Mansyur, perancang dan pembuat jembatan gantung di Sanggau pada 1938 sering disuruh mengantar ketupat lemak kepada warga Tionghoa, kenalan orangtuanya, dengan mengendarai sepeda. Warga Tionghoa akan membalas dengan mengirim gula dan kopi, yang dimasukkan di dalam rantang makanan.
Namun, setelah dewasa, dia melihat hanya satu-dua rumah yang menghidangkan ketupat lemak saat Lebaran. “Banyak yang sudah tak tahu cara membuatnya,” kata Nazariyah. Ketika pindah ke Pontianak, pada Lebaran 1980-an, ia melihat ketupat lemak hanya disajikan oleh seorang tetangganya. Nazariyah dan keempat saudaranya bisa membuat ketupat lemak, tetapi ketika ketiga putrinya masih kecil, kalau ingin makan ketupat lemak saat Lebaran, ia memesan khusus kepada tetangganya.
Sumber: Warisanindonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar