Adat Indonesia

Blog tentang adat istiadat di Indonesia

Selasa, 23 Februari 2016

Senjata Tradisional Kalimantan Selatan

Sarapang, senjata untuk berburu

Kalimantan Selatan yang beribukota propinsi Banjarmasin dikenal sebagai pusat kerajinan dan juga penghasil batu alam serta intan. Kota ini juga identik dengan pasar tradisionalnya, yakni pasar terapung, hingga masih menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong.

Keris

Keris Banjar 

Keris adalah salah satu senjata tradisonal di Kalimantan Selatan. Ukurannya paling panjang lebih kurang 30 cm dan matanya terlogam lainnya. Senjata terbuat dari besi dicampur logam lainnya.

Keris Bujang Beliung (https://budaya-indonesia.org)

Mandau (*)

Mandau 

Mandau, yang disebut juga Parang Ilang merupakan senjata tajam jenis parang yang bertangkai pendek. Mandau menjadi identitas dan senjata utama masyarakat Dayak di samping senjata jenis parang yang lain.

Secara umum Suku Dayak yang menghuni pulau Kalimantan mempunyai beberapa jenis senjata tajam berjenis parang yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu senjata Dayak pedalaman dan Dayak pesisir (Anonim, 2007, dalam: https://old.blades.free.fr/index.htm)

Jenis pertama adalah parang Dayak pedalaman, yaitu Parang Ilang atau mandau, Parang Pandat, dan Parang Latok. Cirinya, ujung bilah lebih lebar dibanding bagian dekat hulu. Bilah parang berbentuk lurus, condong ke depan, dan membentuk sudut antara 30-45 derajat pada titik pertemuan antara hulu dan bilah. Ciri yang demikian hanya terlihat pada Parang Pandat dan Parang Latok, tidak pada Mandau.

Jenis kedua adalah parang Dayak pesisir yang terbagi ke dalam empat tipe yang berbeda, yaitu Naibor, Langgai Tinggang, Jimpul, dan Pakayun. Parang jenis ini berbeda dengan parang Dayak pedalaman. Ciri umum parang ini adalah, bentuk bilahnya melengkung ke depan. Pada bagian hulu terdapat sangkutan yang membentuk huruf “L” dengan beragam variasi. Fungsi adalah untuk menahan pegangan agar parang tidak terlepas ketika diayunkan.

Bilah mandau terbuat dari baja yang dipasang pada pegangan atau hulu dari tanduk atau pun kayu. Bilah mandau mempunyai panjang sekitar 22 inci. Mandau hanya mempunyai satu sisi bagian yang tajam, yaitu bagian depan yang berbentuk agak bengkok. Sedangkan bagian punggung tumpul dan sedikit cekung.

Parang

Parang Lais 

Biasanya terbuat dari kayu atau akar bambu, besi atau baja, kuningan dan gala-gala (sejenis dammar). Kegunaan parang bermacam-macam. Selain berfungsi sebagai senjata, parang juga digunakan sebagai alat rumah tangga, alat pertanian, alat perburuan dan sebagainya.

Sarapang

Sarapang (https://archive.kaskus.co.id)

Senjata atau alat yang biasanya juga digunakan untuk berburu ini terbuat dari sepotong baja yang dibelah menjadi 5 bagian dan pada sebagian ujungnya diruncingkan, sebatang bambu, serta sebuah salut dari kuningan atau besi. Selain itu serapang sering kali dimanfaatkan pula dalam penangkapan ikan-ikan besar.

Sarapang (https://archive.kaskus.co.id)

Riwayang

Berbentuk seperti tombak, hanya mata riwayang dilengkapi juga dengan bait. Pada riwayang juga terdapat lubang tempat mengikatkan tali. Cara menggunakannya adalah dengan dilemparkan seperti melempar lembing kearah sasaran, sedangkan talinya tetap dipegang. Selain sebagai senjata dan alat berburu binatang, ada sejenis riwayang yang juga digunakan untuk menangkap ikan, yaitu riwayang tauman.

Wasi

Wasi (https://rendrawikiped.wordpress.com)

Sejenis belati yang sering digunakan masyarakat Banjar Kalimantan Selatan. Masyarakat etnis banjar sendiri pada umumnya memang senang dengan berbagai macam jenis wasi, dari berbagai macam bentuknya, bahkan ada beberapa jenis bentuk wasi yang populer di kalangan masyarakat kalimantan selatan sendiri seperti jenis, Raja Tumpang, Belitung, Asu, Belati (herder), pisau, parang lantik, parang bungkul, parang lais, dan masih banyak lagi.

Sungga (**)

Sungga di Museum Banjar, Kalimantan Selatan (https://budaya-indonesia.org)

Sungga merupakan salah satu senjata yang digunakan pada Perang Banjar di daerah Benteng Gunung Madang, Kandangan, Hulu Sungai Selatan. Senjata ini dipasang di bawah jembatan yang dibuat sebagai jebakan, sehingga apabila dilalui oleh musuh (tentara Belanda), maka jembatan tersebut akan runtuh dan musuh yang jatuh tertancap pada sungga tersebut.

Sungga di Museum Banjar, Kalimantan Selatan (https://budaya-indonesia.org)

Lanting Kotamara (**)

Gambar Lanting Kotamara di Museum Banjar, Kalimantan Selatan (http://budaya-indonesia.org)

Lanting Kotamara atau Kotta-mara atau Katamaran merupakan benteng terapung yang digunakan untuk melawan kapal perang Belanda di perairan Sungai Barito. Suatu kearifan lokal luar biasa yang memanfaatkan kayu hutan Kalimantan sebagai sumber kekuatan perang. Dindingnya berlapis-lapis sehingga sukar ditembus peluru pistol, bedil, ataupun peluru meriam Belanda.

Gambar Lanting Kotamara ada di Museum Banjar, Kalimantan Selatan (https://budaya-indonesia.org)

Bentuk Kotta-mara ini sangat unik karena dibuat dari susunan bambu yang membentuk sebuah benteng terapung. Kotta-mara dilengkapi dengan beberapa pucuk meriam dan lila. Selain kapal perang Onrust yang berhasil ditenggelamkan pada 26 Desember 1859, sebelumnya yaitu pada bulan Juli 1859 juga ditenggelamkan kapal perang Cipanas dalam pertempuran di sepanjang Barito di sekitar Pulau Kanamit.

(*) Melayuonline
(**) Tambahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar