Sebenarnya Tenun Troso adalah teknik tenun gedog dan kemudian dalam kurun waktu yang cukup panjang, berkembang menjadi tenun ikat. Masyarakat Kabupaten Jepara dan sekitarnya lebih mengenal dengan sebutan “Tenun Troso”.
Nama Troso merujuk pada nama desa tempat puluhan pengrajin tenun memproduksi kain ini, sudah puluhan tahun, pengrajin eksis berbisnis tenun. Produksinya juga sangat beragam, mulai dari bahan untuk kemeja, gaun, hingga aksesori rumah, seperti gorden, alas meja, hingga seprai, jaraknya sekitar 12 km arah tenggara dari ibukota Jepara.
Sejarah
Kapan tepatnya dimulai industri tenun di Desa Troso ini tidak dapat diperoleh data secara tepat. Menurut masyarakat setempat kain tenun di Desa Troso dimulai pada masa masuknya agama islam di Desa Troso yaitu pada masa kerajaan Mataram Islam sekitar tahun 1800 M. Pada awalnya kain tenun ini tercipta dibuat sebagai pelengkap kebutuhan sandang, dimana dibuat pertama kali oleh Mbah Senu dan Nyi Senu yang mana pada saat itu kain dipakai pertama kali untuk menemui Ulama besar yang disegani yaitu Mbah Datuk Gunardi Singorojo yang sedang menyebarkan agama Islam di Desa Troso.
Kain tenun Troso
Motif
Terdapat 2 (dua) motif tenun hasil karya cipta komunitas Desa Troso, yaitu :
- Motif Cemara (pohon cemara)
- Motif Lompong (daun Tales)
Kain tenun Troso
Tenun motif cemara dan lompong adalah jenis motif yang ditorehkan pada kain sarung. dikenal oleh khalayak ramai. Namun seiring dengan perjalanan waktu, motif tenun cemara dan lompong sudah jarang dibuat oleh pengrajin, yang dikarenakan tidak adanya permintaan pasar. Padahal kala itu kain tenun yang bermotifkan lompong dan cemara pernah mengalami jaman keemasan. Namun jaman keemasan tersebut telah sirna ditelan waktu yang disebabkan oleh beberapa persoalan yang sangat komplek, diantaranya sulitnya mendapatkan bahan baku dengan jumlah banyak dan yang konsisten. Suhu Politik saat itu kurang kondusif yang dikarenakan terjadinya perang saudara (tragedi G 30 S/ PKI).
Kain tenun Troso
Ragam motif kain tenun Troso Jepara ini selalu mengalami perubahan. Hal tersebut terjadi karena para perajin tenun Troso Jepara Lebih mementingkan aspek dagang daripada aspek budaya. Pada awal munculnya motif kain tenun Troso pertama kali adalah selain motif cemara dan lompong, motif Lurik yang hias nya berupa garis-garis dan polos. Namun belakangan para perajin dan pengusaha tenun membuat motif tenun sesuai permintaan pesanan.
Bahkan, sejak beberapa tahun lalu dikembangkan pula tenun dengan bahan serat nanas. Tampilkainnya begitu eksotis sehingga para penggemar tenun tidak sayang untuk merogoh kocek lebih banyak demi mendapatkan kain serat nanas.
Warna
Dominasi warna-warna pada kain tenun Troso ini adalah warna-warna klasik dan gelap seperti coklat muda atau coklat tua, biru tua.
Proses Pembuatan
1. Pengetengan
Tahap ini adalah tahap awal dalam proses produksi kain tenun Troso Jepara, pada tahap ini dilakukan pengeraian benang dari kelos-kelos aslinya. Pekerjaan ini disebut ngeteng.
2. Pembuatan Pola
Setelah proses pengetengan, benang yang masih dalam bentuk gulungan diurai dalam bingkai kayu (plankan). Plankan tersebut di beri gambar sesuai dengan motif yang diinginkan.
3. Pengikatan benang
Pada tahap ini, perajin biasanya mengikatnya dengan menggunakan tali raffia.
4. Pencelupan Warna (nyelup)
Setelah benang diikat, tahap selanjutnya adalah tahap pencelupan warna pada benang katun.
5. Penjemuran
Setelah benang diwarnai kemudian dilakukan tahap penjemuran di bawah sinar matahari.
6. Mbatil
Mbatil adalah tahap membuka atau melepas ikatan pada benang setelah benang dijemur dan dikeringkan.
7. Malet
Malet
Malet adalah tahap kegiatan menggulung kembali benang-benang sehabis diwarna, dijemur, dan di batil dalam kletek yang akan disekir.
8. Nyekir
Nyekir adalah proses yang sama seperti menyiapkan pola yang akan ditenun nantinya.
9. Menenun
Menenun adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan kegiatan lanjutan dari tahap kegiatan sebelumnya, tahap ini merupakan tahap terakhir dari keseluruhan tahapan yang begitu panjang. Menenun prinsipnya menyatukan benang yang membujur disebut lungsi, dengan benang yang melintang yang disebut pakan.
Pemasaran
Keinginan Pemerintah Daerah Jepara untuk mengedepankan kerajinannya selain meubel ukir, diantaranya adalah tenun troso. Salah satu upaya Pemerintah Daerah adalah membantu penyerapan pasar hasil kerajinan tenun troso yang berupa kewajiban kepada jajaran Pemerintah Daerah untuk menggunakan pakaian seragam tenun ikat yang dibuat oleh pengrajin Desa Troso.
Seragam tersebut wajib dikenakan pada hari yang telah ditentukan pula. Kewajiban tersebut adalah bentuk keseriusan Pemerintah Daerah Jepara dalam melestarikan dan melindungi asset kekayaan budaya daerah yang berupa pengetahuan tradisional dan upaya Pemerintah Daerah Jepara dalam mewujudkan keinginannya untuk menggali potensi daerah serta mengedepankan industri kerajinan selain meubel ukir, untuk dijadikan produk unggulan daerah Kabupaten Jepara. Dengan kewajiban memakai tenun ikat untuk kalangan pegawai Pemerintah Daerah tersebut, pengrajin mulai bergairah kembali untuk membuat (produksi) tenun ikat yang selama beberapa kurun waktu ini mengalami kelesuan pasar.
Produk tenun ikat yang banyak diproduksi oleh pengrajin adalah kain jok meubel, gorden, pakaian seragam & pakaian adat Kabupaten Jepara serta beberapa jenis motif kain tenun ikat yang bermotifkan etnik dari daerah lain di Indonesia seperti motif tenun dari daerah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Bali dan sebagainya, karena motif dari daerah yang telah disebutkan diatas, pasarnya masih terbuka luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar